20-an dan Jalan Pulang: Waktu Muda, Jangan Sampai Habis Sebelum Kau Sadar.

Kalau aku bisa kembali dan duduk berhadapan dengan diriku sendiri di usia 20-an, mungkin aku akan menarik napas panjang lalu berkata:

“Dengar baik-baik, masa mudamu itu terlalu berharga untuk dihabiskan begitu saja. Jangan tunggu sadar ketika semuanya sudah telat.”

Karena begini, usia 20-an itu seperti jalan raya yang panjang dan sibuk. Ada lampu-lampu warna-warni, ada toko-toko yang menggoda, ada teman-teman yang mengajak belok sana-sini. Kamu merasa masih punya banyak waktu, banyak pilihan, dan hidup ini panjang. Tapi diam-diam, jarakmu ke tujuan makin dekat, sementara tenaga dan kesempatan pelan-pelan berkurang.

Imam Ali عليه السلام pernah berkata:

“Kesempatan itu berlalu seperti awan. Maka manfaatkanlah ketika masih terbuka untukmu.” (Nahj al-Balaghah, Hikmah 21)

Bayangkan awan yang bergerak di langit. Sebentar lagi ia akan hilang, dan kamu tidak bisa memanggilnya kembali. Begitulah waktu mudamu. Ia berjalan, dan tidak pernah kembali.

Masa Muda Itu Investasi, Bukan Sekadar Hiburan

Seringkali kita terjebak dalam pola pikir bahwa masa muda itu waktu untuk bersenang-senang sebanyak-banyaknya. Nongkrong sampai larut, scrolling tanpa henti, mencoba semua yang baru, atau mengejar validasi orang lain. Padahal, masa muda justru saat terbaik untuk investasi. Bukan hanya investasi uang, tapi investasi ilmu, iman, akhlak, dan pengalaman.

Imam Hasan al-Mujtaba عليه السلام berkata:

“Sesungguhnya hati para pemuda itu seperti tanah kosong, apa yang ditanam di dalamnya akan tumbuh subur.”

Apa yang kamu tanam sekarang akan menentukan apa yang tumbuh dalam dirimu nanti. Kalau kamu menanam kebiasaan malas, maka kelak kamu akan panen penyesalan. Kalau kamu menanam ilmu dan amal baik, kamu akan memetik manfaatnya di usia yang lebih dewasa.

Aku ingin bilang ke diriku di usia 20-an: “Jangan tunggu umur 30 baru mulai serius belajar agama, baru mulai membaca buku-buku penting, baru mulai shalat tepat waktu. Mulailah sekarang. Karena semakin lama kamu menunda, semakin berat nanti mengubah kebiasaanmu.”

Jangan Anggap Remeh Dosa Kecil

Satu hal lain yang sering terjadi di usia muda adalah meremehkan dosa kecil. “Ah, ini cuma sekali,” atau “Nanti bisa istighfar kok.” Padahal, Imam Ja‘far al-Shadiq عليه السلام pernah berkata:

“Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat.”

Dosa kecil kalau dibiarkan akan menjadi noda yang menutupi hati. Lama-lama hati jadi gelap, dan kebaikan terasa hambar. Di usia 20-an, di mana rasa penasaran besar dan dunia terasa luas, godaan ini lebih kuat. Tapi justru itu tantangannya: bagaimana kamu bisa tetap menjaga cahaya dalam dirimu, meskipun dunia menawarkan banyak hal yang kelihatannya manis tapi ujungnya pahit.

Antara Ambisi dan Kesadaran

Usia 20-an juga identik dengan ambisi. Ingin sukses cepat, ingin punya banyak pencapaian, ingin dikenal. Itu tidak salah. Bahkan Islam mendorong untuk bekerja keras. Imam Ali عليه السلام pernah berkata:

“Bekerjalah untuk duniamu seakan engkau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan engkau mati besok.”

Seimbang. Jangan hanya mengejar dunia, tapi juga jangan menolak dunia. Jangan hanya mengurung diri, tapi juga jangan larut dalam ambisi duniawi. Jadikan ambisimu bukan sekadar tentang harta dan popularitas, tapi juga tentang kebaikan, kebermanfaatan, dan keridhaan Allah.

Aku ingin bilang ke diriku di usia 20-an: “Tidak apa-apa kamu gagal, asal kamu belajar. Tidak apa-apa kamu belum sukses seperti teman-temanmu, asal kamu tidak berhenti berjalan. Tapi jangan sampai kamu sukses di dunia, namun kosong di hadapan Allah.”

Tentang Teman dan Lingkaran Pergaulan

Satu hal yang sering disepelekan di usia 20-an adalah lingkungan pergaulan. Padahal Imam Ali عليه السلام sudah mengingatkan:

“Jangan berteman kecuali dengan orang yang membuatmu lebih baik.”

Teman bisa mengangkatmu, bisa juga menjatuhkanmu. Lingkaran pergaulanmu akan membentuk cara bicara, cara berpikir, bahkan cara beribadahmu. Kalau kamu dikelilingi teman yang malas, besar kemungkinan kamu ikut malas. Kalau kamu dikelilingi teman yang rajin menuntut ilmu, kamu juga akan terdorong untuk belajar.

Aku ingin bilang ke diriku di usia 20-an: “Pilihlah circle yang membuatmu dekat pada Allah, bukan yang menjauhkan. Jangan takut kehilangan teman, karena teman sejati tidak akan menjerumuskanmu.”

Hiburan Itu Perlu, Tapi Jangan Jadi Pusat Hidup

Aku tahu, anak muda butuh hiburan. Butuh tertawa, butuh jalan-jalan, butuh refreshing. Itu normal. Bahkan Imam Ali عليه السلام pernah berkata:

“Sesungguhnya hati itu bisa bosan sebagaimana tubuh bisa lelah. Maka carilah untuknya hiburan yang indah.”

Tapi ingat, hiburan bukan pusat hidup. Hiburan adalah jeda, bukan tujuan. Jangan sampai hidupmu habis untuk mengejar tawa sementara, tapi lupa menyiapkan kebahagiaan yang hakiki.

Masa Muda Itu Amanah

Ada satu hadis yang selalu membuatku terdiam. Rasulullah ﷺ bersabda, diriwayatkan dari para Imam Ahlulbait عليهم السلام:

“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya untuk apa ia habiskan; masa mudanya untuk apa ia gunakan; hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan; serta kecintaannya kepada kami Ahlulbait.”

Lihat, masa muda ditanyakan secara khusus. Artinya, Allah benar-benar memperhatikan fase ini. Karena di sinilah kamu punya tenaga, punya peluang, punya semangat. Kalau masa ini disia-siakan, itu adalah kerugian besar.

Penutup: Jangan Tunggu Sadar Ketika Terlambat

Kalau aku benar-benar bisa bicara dengan diriku di usia 20-an, aku akan mengakhiri dengan kalimat sederhana:

“Masa muda itu hadiah, tapi juga ujian. Nikmati, iya. Bermimpi, iya. Tapi jangan lupa, waktu terus berjalan. Jangan sampai kamu baru sadar betapa berharganya masa muda ketika ia sudah pergi, meninggalkanmu hanya dengan penyesalan.”

Imam Ali عليه السلام pernah berkata:

“Kesempatan itu laksana awan. Cepatlah engkau manfaatkan sebelum berlalu.”

Dan awan itu, sahabatku yang berusia 20-an, tidak akan pernah kembali.

Eksplorasi konten lain dari

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca