Rahasia di Balik Pencatatan Al-Quran pada Masa Nabi Muhammad Saw

SHIAHINDONESIA.COM – Kenapa Nabi Muhammad Saw tidak menyelesaikan pencatatan Al-Quran di masa hidupnya, sehingga tidak akan terjadi sebuah perselisihan di dalam agama dan kitab Al-Quran? Sebagian orang bilang, dikarenakan nabi tidak mengetahui kalau Al-Qur’an turun dari malaikat Jibril, dan Wahyu akan berakhir. Bukannya Allah telah menurunkan seluruh isi Al-Quran kepada nabi Muhammad di malam Lailatul Qadar?

Nabi Muhammad Saw. berdasarkan perintah dari Allah Swt. agar ia menjaga dan menyebarkan pengetahuan yang ada di dalam Al-Quran untuk seluruh manusia. Meski ia tak membaca Al-Qur’an dan juga tidak menulis ayat Al-Qur’an, hal itu tidak berarti meniadakan kemampuan nabi dalam membaca dan menulis. Karenanya, kata ‘ummi’ berarti tidak belajar.

Tidak belajar bukan berarti tanda dari kebodohan. Tidak ada salahnya, jika dipahami bahwa memang nabi adalah ummi, tapi tidak ada yang mustahil jika ia belajar dengan Allah, dan tidak belajar baca-tulis dengan orang lain. Sebab, pembelajaran langsung dengan Allah merupakan bentuk kesempurnaan seorang Nabi dan sebagai penyempurna dari kenabiannya. Oleh karenanya, Allah berfirman di dalam Al-Quran,

“Engkau (Nabi Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab pun sebelumnya (Al-Qur’an) dan tidak (pula) menuliskannya dengan tangan kananmu. Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis,) niscaya orang-orang yang mengingkarinya ragu (bahwa ia dari Allah).” (QS-An-Kabut: 48).

Sebagian riwayat mengatakan, bahwa Nabi Muhammad Saw. memiliki kemampuan untuk baca dan tulis, namun untuk mencegah kemungkinan terkecil dari keraguan (di tengah umat) di dalam dakwahnya, maka ia tak memanfaatkan kemampuannya itu.

Ia bersama para sahabatnya telah melakukan upaya untuk menjaga al-Quran. Maksud dari penjagaan ayat Al-Quran itu adalah untuk memperteguh keterjagaan al-Quran dari tangan-tangan yang mencoba untuk mendistorsi, dengan cara menulis ulang apa yang dikatakan nabi, yang notabene adalah isi dari ayat Al-Quran itu sendiri. Salah satu sahabat Nabi yang menjaga al-Quran dengan menuliskannya adalah Imam Ali bin Abi Thalib.

Ibn Abbas berkata, “Ketika Malaikat Jibril menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, beliau berulangkali membacanya (wahyu tersebut) supaya tidak lupa.”

Di masa awal turunnya Al-Quran, Rasulullah Saw menjaga ayat suci Al-Quran dengan daya ingat yang kuat, dan memotivasi para sahabat untuk menghafalnya.

Akan tetapi, dikarenakan hafalan Ayat Al-Quran tidak bisa menjamin keterjagaan Al-Quran, maka Rasulullah Saw meminta sejumlah orang Makkah untuk mencatat ayat Al-Quran dengan teliti.

Imam Ali as merupakan pemimpin para pencatat ayat Al-Quran. Abu Bakr, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Sa’ad bin Ubaisarh, Handhalah bin Rabi’, Muawiyah, Khalid bin Walid, Tsabit bin Qais, dll merupakan para pencatat ayat Al-Quran yang terkenal di zaman Rasulullah Saw. Sebagian lain seperti Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Miqdad, dll menulis beberapa mushaf.

Al-Quran Karim dikumpulkan dan dicatat semasa hidup Rasulullah Saw. Para pencatat ayat Al-Quran mencatat ayat secara berkesinambungan dan sesuai dengan urutan turunnya ayat. Imam Shodiq as berkata, “
«کان یعرف انقضاء السوره بنزول بسم الله الرحمن الرحیم ابتداء لاُخری.


“Akhir dari setiap surah diketahui dari turunnya basmalah yang merupakan awal surah yang lain.”

Ayatullah Khu’i berkata, “Dengan mempelajari sejarah Rasulullah Saw dan para sahabatnya, kami menyimpulkan bahwa Al-Quran Karim dikumpulkan dan disusun di zaman Rasulullah Saw.

Ibn Abbas berkata, “Dengan turunnya “Bismillahirrahmanirrahim”, Rasulullah Saw mengetahui akhir dari sebuah surah dan akan dimulainya surah yang baru.”

Oleh karena itu, Al-Quran Karim dicatat dengan perintah Rasulullah Saw dengan metode urut sesuai waktu turunnya.

Ayatullah Ma’rifat juga berkata, “Pengumpulan dan penyusunan Al-Quran Karim sebagaimana yang kita temukan hari ini tidak dilakukan di satu zaman saja, melainkan seiring dengan berjalannya waktu dan melibatkan berbagai orang dan kelompok. Keteresusunan di dalam bilangan ayat di setiap surah itu, dilakukan di zaman nabi atas perintahnya.

Maka, di zaman nabi para pencatat Wahyu telah diperintahkan oleh Nabi sebagai bentuk pengumpulan ayat Al-Quran, termasuk Imam Ali yang juga menjadi salah satu pencatat Wahyu. Sebagaimana Imam Ja’far Shadiq berkata, bahwa suatu hari Rasulullah berkata kepada Imam Ali as., “Wahai Ali, Al-Quran ada di samping tempat tidurku, yang ada di antara lembaran-lembaran (kertas). Kumpulkanlah ia (al-Quran) dan jangan sampai engkau rusak, sebagaimana rusaknya Taurat oleh orang-orang Yahudi.

Lantas, Al-Quran telah dikumpulkan di zaman Nabi Muhammad Saw. Adapun perbedaan antara Al-Quran dikumpulkan atau tidak, itu adalah pembahasan lain. Lebih dari itu, bahwa ada dua macam penurunan al-Quran, pertama secara langsung (daf’i) dan kedua secara bertahap (tadriji). Turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad Saw. selama 23 tahun, yang mencakup di kota Makkah dan Madinah. Dan Nabi Saw. pun juga mengetahui adanya dua metode turunnya Al-Quran.

Adapun perselisihan, terutama dalam bacaan Al-Quran dan permasalah lainnya, itu kembali pada faktor luar. Dan sama sekali tidak memiliki kaitan dengan metode turunnya Al-Quran, baik secara langsung maupun bertahap. Dan perselisihan ini bersumber dari pemahaman manusia itu sendiri, bukan karena agama, apalagi Al-Quran.

Sumber:

  1. Tafsir al-Mizan, Sayyid Muhammad Husain Thaba’thaba’i, jil. 12, hal. 101-107
  2. Mufradat Al-Fadz Al-Qur’an, Raghib Isfahani, hal. 19.
  3. Al-Burhan Fi Tafsir Al-Quran, jil. 4, hal. 332
  4. Majmaul Bayan fi Tafsiril Quran, Tabarsi, jil. 6, hal. 127
  5. Mabahist fi Ulumil Qur’an, Subhi Salih, hal. 101-102.
  6. Biharul Anwar, Muhammad Baqir Majlisi, jil. 89, hal. 236.
    7.At-Tamhid fi Ulumil Qur’an, jil. 1, hal. 175
  7. Ulum-e Qur’an, Hadi Makrifat, hal.119

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Eksplorasi konten lain dari

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca